Logo DDV
HOME > berita > Volunesia Bootcamp 2022: V-Meran Amal

Volunesia Bootcamp 2022: V-Meran Amal

Kharisma dari Dompet Dhuafa Lampung. Dalam Volunesia Bootcamp 2022, kak Kharisma mengangkat project sosial V-Meran Amal bersama 3 temannya yang lain. V-Meran Amal (Volunteers Meran Amal) merupakan project yang lahir dan terinspirasi dari Volunesia Bootcamp, dari para mentor dan dari capacity building yang dilaksanakan di awal kegiatan. Yang unik di V-Meran Amal adalah karena semua masyarakat bisa berperan menjadi volunteer dan bisa menjadi Meranners. Meranners adalah semua masyarakat yang ikut bergabung dan berimpact dalam V-Meran Amal. Setiap masyarakat umum yang ingin mendukung gerakan difabel dan mendukung terwujudnya lingkungan yang inklusi untuk para difabel ini bisa mengikuti pamerannya ataupun penggalangan dananya. 

Tercetusnya ide dari program ini adalah karena kak Kharisma dan tim ingin mencoba mempelajari dan mengimplementasikan materi-materi yang diajarkan selama di Volunesia Bootcamp. Kak Kharisma dan tim tertarik untuk menggandeng menggandeng anak-anak atau sahabat difabel yang ada di sekitar Bandar Lampung untuk bersama-sama menjadi V-Meran Amal. Para difabel yang ada di V-Meran amal ini antara lain down syndrome, autism, tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Jadi siapapun bisa dan boleh berperan sebagai volunteer dan menabung amal. V-Meran Amal bertujuan untuk melestarikan budaya, meningkatkan skill dan kreativitas para difabel untuk bisa menari dan bermain musik seperti marawis.

Alasan lain dibuatnya Program V-Meran Amal ini adalah karena DDV Lampung sendiri memiliki project yang mengangkat difabel yang ada di jalanan dan memiliki cadangan project ingin melestarikan budaya. Melihat Dompet Dhuafa juga memiliki tujuan salah satunya menggandeng kebudayaan, akhirnya kak Kharisma dan tim mengangkat kesenian yang ada di Lampung dan sekitarnya, serta kesenian lokal maupun modern kemudian menjadikannya sebagai pameran seni. Seni yang dipamerkan oleh V-Meran Amal bersama teman-teman difabel antara lain seni musik (Hadroh dan Gamolan Lampung), seni tari (Modern dance, tari Mbok Jamu, Solo Izzah, dan Wonderland Indonesia), Qiroatul Quran dan bahkan menjadi motivator difabel. Waktu yang dibutuhkan oleh teman-teman difabel dari latihan hingga menuju pameran ini membutuhkan waktu sekitar 3 bulan dengan pelaksanaan latihan setiap satu kali dalam seminggu. Kemudian dari pameran seni tersebut nantinya kak Kharisma dan tim mengadakan penggalangan dana untuk para difabel sebagai penerima manfaatnya. 

Sekarang, para difabel sudah bisa merasakan manfaatnya. Mereka sekarang sudah banyak tampil di stasiun televisi, yaitu TVRI dan event-event lain yang mengundang mereka. Kemudian dari hasil penggalangan dana yang sudah terkumpul kemarin, sudah disalurkan kepada para penerima manfaat. V-Meran Amal memiliki 2 komunitas penerima manfaat, pertama SADILA (Sahabat Difabel Lampung) dan POTDADS (Persatuan Orang Tua Dengan Anak Down Syndrome). Dana hasil penggalangan tersebut akan mereka coba kelola untuk mengembangkan latihan tari dan musik. Mereka juga melakukan pelatihan membuat kerajinan tangan contohnya seperti yang dilakukan komunitas SADILA, mereka telah membuat kerajinan tangan manik-manik seperti gelang, kalung, dan tasbih. Kedepannya, kak Kharisma dan tim berharap agar bisa membuat kerajinan batik ataupun kerajinan tangan lainnya. 

Hasil dari program V-Meran Amal ini mampu membuktikan bahwa para difabel juga bisa turut serta melestarikan budaya dan bukan hanya masyarakat umum saja. Dari sisi penggalangan dana, dana yang diperoleh bisa untuk meningkatkan finansial para difabel, mengatur pementasan dan event-event lainnya.

Baca juga cara asik Ngangsu Kaweruh belajar sambil meletarikan budaya jawa