Logo DDV
HOME > berita > Kenalan dengan Project Maggolity.id, Pemenang dari Volunesia Bootcamp 2022 Yuk!

Kenalan dengan Project Maggolity.id, Pemenang dari Volunesia Bootcamp 2022 Yuk!

Namanya Muhammad Ahlun Nasab, beliau lahir di salah satu daerah di Sulawesi Selatan dan baru saja lulus dari jurusan Psikologi di salah satu Perguruan Tinggi. Kak Ahlun mengajak teman-temannya yang lain untuk mengikuti Volunesia Bootcamp 2022. Dalam Volunesia Bootcamp, kak Ahlun dan tim membawakan project Maggolity.id dan berhasil menjadi juara satu di Volunesia Bootcamp 2022. Waahh, apa sih Maggolity.id itu?

Project Maggolity.id adalah sebuah project yang bergerak di bidang lingkungan untuk mengurangi sampah organik. Faktanya, jumlah sampah terbanyak di Indonesia saat ini adalah sampah sisa makanan atau sampah organik. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per tahun 2021 kemarin mencatat jumlah sampah di Indonesia mencapai 21,88 juta ton. Penyumbang sampah terbesar berasal dari rumah tangga sebanyak 37,3 persen. Padahal, sampah organik bisa menjadi manfaat jika dikelola dengan baik lho. Sampah sisa makanan, sampah rumah tangga yang termasuk sampah organik ini bisa dipilah dan ditimbun ke tanah agar menghasilkan pupuk kompos dan mengurangi gas metana yang dihasilkan dari sampah-sampah tersebut. 

Karena kondisi yang memprihatinkan tersebut, hadirlah project Maggolity.id untuk membantu masalah sampah-sampah ini. Project maggolity.id ini berasal dari lalat black soldier fly yang mampu mengolah sampah organik dan bermanfaat untuk lingkungan karena makannya yang rakus. Maggot ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi hewan ternak seperti ayam, burung peliharaan, maupun ikan peliharaan. Selain itu, maggot juga bisa dikonsumsi oleh manusia karena proteinnya sangat tinggi. Maggot ini memiliki siklus sangat cepat (selama 32 hari) dan sustainable.

Ide atau inspirasi untuk membuat project ini dimulai dari truk sampah yang sangat bau yang sering ditemui. Beberapa hari kemudian, kak Ahlun melihat postingan di instagram bahwa maggot bisa dipelihara. Tertarik dengan hal itu, kak Ahlun lalu mencari referensi soal maggot dan mengetahui bahwa maggot ternyata memiliki peran penting untuk pengolahan sampah organik dan bisa menjadi solusi untuk menanggulangi sampah, bisa menjadi pakan ternak, bahkan kosmetik.

Pada project Maggolity ini, kak Ahlun dan tim mengambil maggot di tempat pembuangan sampah di salah satu tempat di kota Makassar tepatnya di TPA Tamangapa Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar Sulawesi Selatan dan memberdayakan pemulung yang ada disana. Mekanismenya mudah, kak Ahlun berikan maggot lalu para pemulung mengelola maggot untuk diberikan kepada ternak mereka dengan siklus seperti pada Gambar 1 dan ada juga sebagian maggot yang dijual.

Project ini memberikan dampak baik terhadap lingkungan dan juga ekonomi. Dari sisi lingkungan, dari 8 kg maggot yang diberikan akan mampu menghabiskan 10-16 kg sampah organik setiap harinya di tempat pembuangan sampah tersebut. Dari sisi ekonomi, dari 8 gram telur maggot seharga 80 ribu bisa menghasilkan 16 kg maggot basah senilai 400 ribu rupiah. Jadi, project ini bisa memberikan dampak yang baik bagi ekonomi karena dalam siklus yang cepat mampu menghasilkan surplus hampir lima kali lipat. 

baca juga kisah oksa mengembangkan tanaman hidroponik bersama teman disabilitas