Jakarta- Variabel Bebas bekerja sama dengan Sentra Penyuluhan Konservasi Pedesaan (SPKP) Sama-Sama mengadakan GERBANG (GERakan sedekah Botol untuk Aksi lingkuNGan) pada 18-20 September 2014.  Variabel Bebas adalah sebuah komunitas yang dibentuk oleh mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.

Acara ini terdiri atas presentasi dan pelatihan penanganan sampah serta diskusi kelompok. Agenda inti dari kegiatan yang dilaksanakan pada 18-20 September ini adalah “Pelatihan Pengolahan Sampah di Pulau Pramuka”. Peserta pelatihan terdiri dari kelompok masyarakat perwakilan pulau-pulau di Kepulauan Seribu, di antaranya Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Pari dan Pulau Untung Jawa, selain itu juga hadir kelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri Jakarta dan relawan Dompet Dhuafa (Dompet Dhuafa Volunteer).

Materi pertama berjudul “Sampah dan Dampaknya terhadap Keanekaragaman Hayati” disampaikan oleh Untung Suripto, Kepala Seksi Wilayah III Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Aspek-aspek yang dibahas dalam materi ini di antaranya adalah Pengertian Sampah; Penggolongan Sampah; Sumber Sampah; Sumber Permasalahan Sampah dan Dampak Sampah bagi Lingkungan. Beliau juga menjelaskan upaya yang dilakukan pemerintah dalam menuntaskan permasalahan limbah di air, yaitu dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Materi kedua berjudul “Alat Pengolah Sampah Berwawasan Lingkungan dari Jakarta” disampaikan oleh Ario Salaka yang merupakan perwakilan dari Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KLTH) Sangga Buana. Ario memeperkenalkan alat pengolah sampah yang ia kembangkan. Alat ini diberi nama “Waster”  disingkat dari frase “WasteTerminator” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Pemusnah Limbah”.  Waster diharapkan dapat mengurangi permasalahan sampah, terutama di Kepulauan Seribu.

Menurut Ario,  mekanisme kerja Waster sama halnya dengan Incinerator  yang saat ini sudah cukup banyak diaplikasikan di Indonesia, yaitu melalui proses pembakaran. Namun, menurutnya Waster lebih efisien dan ramah lingkungan sebab tidak memerlukan bahan bakar saat pembakaran dan hasil pembakaran yang berupa abu yang tak hanya berjumlah sangat sedikit tetapi juga aman untuk dibuang di tanah.  Selain itu asap dari proses pembakaran tersebut selanjutnya diproses kembali menjadi liquid smoke (asap cair) yang dikumpulkan dan ditampung sehingga tidak mencemari udara.  Dalam pengoperasiannya alat ini juga tidak memerlukan keahlian tingkat tinggi sehingga dapat mudah digunakan oleh masyarakat umum.

Pemateri selanjutnya adalah Prakoso. Beliau adalah pembina “Bank Sampah RW 03 kelurahan Malaka Sari” yang terletak di Jalan Delima III Nomor 190 Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, yang kini menjadi bank sampah percontohan.  Bank Sampah, seperti namanya, merupakan tempat mengumpulkan sampah. Sampah yang disetor harus sudah dipilah berdasarkan kategorinya. Sampah yang telah dipilah, disetorkan ke bank sampah dan ditentukan nilainya, nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rekening sang penabung sampah. Nilai sampah yang disetorkan bervariasi, bergantung pada tinggi atau rendah harga jualnya. Setelah terkumpul di Bank Sampah, sampah kemudian dijual ke pengepul atau didaur ulang untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai jual.

Dewan nasional perubahan iklim yang diwakilkan oleh Ade Rahmi Yulianti juga turut menyampaikan materi pada kesempatan ini.  Beliau memaparkan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam menyesuaikan diri sehingga siap untuk menghadapi perubahan iklim. Selain diberikan materi-materi yang bermanfaat, peserta juga diberikan pelatihan penanaman dengan menggunakan medium tanam campur, pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari botol plastik dan kertas bekas dan kesempatan untuk melakukan diskusi kelompok mengenai permasalahan sampah serta penanganannya. (RA)